(Psikoterapi :
Person Centered Therapy
Terapi
yang berpusat pada klien (client-centered) sering pula disebut sebagai
terapi teori diri (self theory), terapi non-direktif, dan terapi
Rogerian. Carl R. Roger dipandang sebagai pelopor dan tokoh terapi ini. Menurut
Roger konseling dan psikoterapi tidak mempunyai perbedaan.
Ada beberapa
konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan Rogers, yaitu:
1. Pengalaman,
yakni alam subjektif dari individual, di mana hanya indidivu spesifik yang
benar-benar memahami alam subjektif dirinya sendiri;
2. Realitas, yaitu persepsi individual terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, di mana perubahan terhadap persepsi akan memengaruhi pandangan individu terhadap dirinya;
3. Kecenderungan individu untuk bereaksi sebagai keseluruhan yang beraturan (organized whole), di mana individu cenderung bereaksi terhadap apa yang penting bagi mereka (skala prioritas);
4. Kecenderungan individu untuk melakukan aktualisasi, di mana individu pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan (dan pikirkan) irasional;
5. Kerangka acuan internal yakni bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri;
6. Self atau diri, yakni bagaimana individu memandang secara keseluruhan hubungan aku (I) dan diriku (me), dan bagaimana hubungan keduanya dengan lingkungan;
7. Simbolisasi, di mana individu menjadi sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara konsisten dengan konsep diri;
8. Penyesuaian psikologis, di mana keberadaan congruence antara konsep diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan penyesuaian psikologis (dan sebaliknya);
9. Proses penilaian organis, di mana individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya; dan
10. Orang yang berfungsi sepenuhnya, di mana orang-orang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya, terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan mungkin alami.
2. Realitas, yaitu persepsi individual terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, di mana perubahan terhadap persepsi akan memengaruhi pandangan individu terhadap dirinya;
3. Kecenderungan individu untuk bereaksi sebagai keseluruhan yang beraturan (organized whole), di mana individu cenderung bereaksi terhadap apa yang penting bagi mereka (skala prioritas);
4. Kecenderungan individu untuk melakukan aktualisasi, di mana individu pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan (dan pikirkan) irasional;
5. Kerangka acuan internal yakni bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri;
6. Self atau diri, yakni bagaimana individu memandang secara keseluruhan hubungan aku (I) dan diriku (me), dan bagaimana hubungan keduanya dengan lingkungan;
7. Simbolisasi, di mana individu menjadi sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara konsisten dengan konsep diri;
8. Penyesuaian psikologis, di mana keberadaan congruence antara konsep diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan penyesuaian psikologis (dan sebaliknya);
9. Proses penilaian organis, di mana individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya; dan
10. Orang yang berfungsi sepenuhnya, di mana orang-orang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya, terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan mungkin alami.
Proses
Terapi
Menurut
Roger agar klien dapat mengadakan respon maka 6 syarat dan peranan yang harus
dipenuhi terapis adalah sebagai berikut :
-
Terapis menghargai tanggung jawab pasien
terhadap tingkah lakunya sendiri
-
Terapis mengakui bahwa pasien dalam
dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya kearah
kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan
usaha-usahanya sendiri
-
Menciptakan suasana yang hangat dan
memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga
tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya
-
Membatasi tingkah laku tetapi bukan
sikap
-
Terapis membatasi keinginannya untuk
menunjukan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi yang sedang di ungkapkan
pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan
perasaan-perasaan pasien
-
Terapis tidak boleh bertanya,
menyelidiki, menyalahkan, menafsirkan, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan
meyakinkan kembali.
Proses
terapi (teknik terapi)
Konsep-konsep
struktural seperti organisme dan self berdasarkan teori Rogers menjadi jelas
ketika dia berbicara mengenai keselarasan dan ketidakselarasan antara “self”
bagaimana dipersepsikan dan pengalaman aktual organisme. Apabila
pengalaman-pengalaman yang dilambangkan menyebabkan “self” mencerminkan
pengalaman-pengalaman organisme, maka orang itu dikatakan menyesuaikan diri,
matang, dan berfungsi sepenuhnya. Orang itu menerima seluruh pengalaman
organisme tanpa ancaman atau kecemasan, dia mampu berfikir secara realistik.
Ketidakselarasan
antara self dan organisme menyebabkan individu merasa terancam dan cemas. Dia
berprilaku defensif, pikirannya mengerut, dan tegar. Ketidakselarasan atau
disosiasi merupakan suatu masalah yang terus menerus ditemukan oleh orang-orang
yang mempelajari dinamika tingkah laku manusia.
Teori
belakangan ini tidak berbicara mengenai teknih-teknik nondirektif yang sering
dibicarakan dalam literatur terdahulu. Dalam menemukan cara-cara untuk
melakukan orientasi dasar terapis terhadap klien, tulisan-tulisan awal menekankan
teknik, seperti menyusun wawancara, diam, menerima, dan merefleksikan
perasaan-perasaan serta tidak mengadakan respon terhadap isi intelektual.
Teknik-teknik terapi lama kelamaan kurang menekankan sikap-sikap yang
memudahkan hubungan pribadi. Beberapa terapis dengan pemahaman yang dangkal
terhadap client-centered therapy tidak memahami perubahan penekanan ini.
Seringkali mereka menggunakan apa yang disebut teknik-teknik nondirektif untuk
menggunakan apa yang disebut teknik-teknik nondirektif untuk menggunakan
sikap-sikap yang sangat berbeda dari apa yang dianjurkan oleh teori. Tetapi
terapis person-centered masih menggunakan beberapa teknik (refleksi
perasaan-peraaan yang dialami pasien), tetapi dia tidak merasa terikat oleh
teknik-teknik tersebut dan dia juga tidak menggunakan teknik-teknik tersebut
secara terencana dan hati-hati pada waktu melaksanakan wawancara.
Tujuan
terapi
Tujuan
terapi adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi
diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek
dari sebelumnya terganggu.
Kritik
terhadap konseling yang berpusat pada klien
Beberapa kritik terhadap konseling berpusat pada
klien antara lain:
a) Terlalu
menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu perilaku,
tetapi melupakan faktor intelektif, kognitif, dan rasional.
b) Penggunaan
informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori.
c) Tujuan
untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum
dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
d) Tujuan
ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan terapi kadang-kadang dibuat tergantung
lokasi terapis dan klien.
e) Meskipun
terbukti bahwa terapi client-centered diakui efektif tetapi bukti-bukti
tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang
kecil tanggung jawabnya.
f) Sulit
bagi terapis untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal.
Referensi :
Surya,
Prof. DR. H. Mohamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
Semiun.
Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius
Gunarsa.
Singgih. 2004. Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta : BPK
Nama : Tetty Winda Siregar
NPM : 18510932
Mata Kuliah : Psikoterapi