Entri Populer

Kamis, 28 Maret 2013

(Psikoterapi): Person Centered Therapy


(Psikoterapi : Person Centered Therapy
Terapi yang berpusat pada klien (client-centered) sering pula disebut sebagai terapi teori diri (self theory), terapi non-direktif, dan terapi Rogerian. Carl R. Roger dipandang sebagai pelopor dan tokoh terapi ini. Menurut Roger konseling dan psikoterapi tidak mempunyai perbedaan.
Ada beberapa konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan Rogers, yaitu:
1. Pengalaman, yakni alam subjektif dari individual, di mana hanya indidivu spesifik yang benar-benar memahami alam subjektif dirinya sendiri;
2. Realitas, yaitu persepsi individual terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, di mana perubahan terhadap persepsi akan memengaruhi pandangan individu terhadap dirinya;
3. Kecenderungan individu untuk bereaksi sebagai keseluruhan yang beraturan (organized whole), di mana individu cenderung bereaksi terhadap apa yang penting bagi mereka (skala prioritas);
4. Kecenderungan individu untuk melakukan aktualisasi, di mana individu pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan (dan pikirkan) irasional;
5. Kerangka acuan internal yakni bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri;
6. Self atau diri, yakni bagaimana individu memandang secara keseluruhan hubungan  aku (I) dan diriku (me), dan bagaimana hubungan keduanya dengan lingkungan;
7. Simbolisasi, di mana individu menjadi sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara konsisten dengan konsep diri;
8. Penyesuaian psikologis, di mana keberadaan congruence antara konsep diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan penyesuaian psikologis (dan sebaliknya);
9. Proses penilaian organis, di mana individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya; dan
10. Orang yang berfungsi sepenuhnya, di mana orang-orang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya, terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan mungkin alami.
Proses Terapi
Menurut Roger agar klien dapat mengadakan respon maka 6 syarat dan peranan yang harus dipenuhi terapis adalah sebagai berikut :
-        Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
-        Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya kearah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri
-        Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya
-        Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
-        Terapis membatasi keinginannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi yang sedang di ungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien
-        Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, menafsirkan, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.

Proses terapi (teknik terapi)
Konsep-konsep struktural seperti organisme dan self berdasarkan teori Rogers menjadi jelas ketika dia berbicara mengenai keselarasan dan ketidakselarasan antara “self” bagaimana dipersepsikan dan pengalaman aktual organisme. Apabila pengalaman-pengalaman yang dilambangkan menyebabkan “self” mencerminkan pengalaman-pengalaman organisme, maka orang itu dikatakan menyesuaikan diri, matang, dan berfungsi sepenuhnya. Orang itu menerima seluruh pengalaman organisme tanpa ancaman atau kecemasan, dia mampu berfikir secara realistik.
Ketidakselarasan antara self dan organisme menyebabkan individu merasa terancam dan cemas. Dia berprilaku defensif, pikirannya mengerut, dan tegar. Ketidakselarasan atau disosiasi merupakan suatu masalah yang terus menerus ditemukan oleh orang-orang yang mempelajari dinamika tingkah laku manusia.
Teori belakangan ini tidak berbicara mengenai teknih-teknik nondirektif yang sering dibicarakan dalam literatur terdahulu. Dalam menemukan cara-cara untuk melakukan orientasi dasar terapis terhadap klien, tulisan-tulisan awal menekankan teknik, seperti menyusun wawancara, diam, menerima, dan merefleksikan perasaan-perasaan serta tidak mengadakan respon terhadap isi intelektual. Teknik-teknik terapi lama kelamaan kurang menekankan sikap-sikap yang memudahkan hubungan pribadi. Beberapa terapis dengan pemahaman yang dangkal terhadap client-centered therapy tidak memahami perubahan penekanan ini. Seringkali mereka menggunakan apa yang disebut teknik-teknik nondirektif untuk menggunakan apa yang disebut teknik-teknik nondirektif untuk menggunakan sikap-sikap yang sangat berbeda dari apa yang dianjurkan oleh teori. Tetapi terapis person-centered masih menggunakan beberapa teknik (refleksi perasaan-peraaan yang dialami pasien), tetapi dia tidak merasa terikat oleh teknik-teknik tersebut dan dia juga tidak menggunakan teknik-teknik tersebut secara terencana dan hati-hati pada waktu melaksanakan wawancara.
Tujuan terapi
Tujuan terapi adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu.
Kritik terhadap konseling yang berpusat pada klien
Beberapa kritik terhadap konseling berpusat pada klien antara lain:
a)      Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu perilaku, tetapi melupakan faktor intelektif, kognitif, dan rasional.
b)      Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori.
c)      Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
d)     Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan terapi kadang-kadang dibuat tergantung lokasi terapis dan klien.
e)      Meskipun terbukti bahwa terapi client-centered diakui efektif tetapi bukti-bukti tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.
f)       Sulit bagi terapis untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.





Referensi :
Surya, Prof. DR. H. Mohamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius
Gunarsa. Singgih. 2004. Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta : BPK

Nama : Tetty Winda Siregar
NPM : 18510932
Mata Kuliah : Psikoterapi

(Psikoterapi): Terapi Humanistiik Eksistensial


(Psikoterapi) Terapi Humanistik Eksistensial

Latar Belakang Terapi Humanistik Eksistensial

Istilah Psikologi Humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” .
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Konsep utama psikologi eksistensial humanistik mengenai pandangan tentang mausia adalah psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.  Konsep-konsep utama dari pendekatan eksisitensial yang membentuk landasan bagi praktek terapeutik yaitu:
1.  Kesadaran Diri
     Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,   suatu kesanggupan yang uni dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memututuskan. Semakinkuat kesadaran diri itu pada seseorang maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
2.  Kebebasan, Tanggung Jawab, Kecemasan
  kecemasan eksistensial diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna  bagi kehidupan. Pada hakikatnya kes. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia lahir ke dunia sendiri dan mati sendiri pulaendirian” manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional.

 Fungsi dan peran terapis dalam terapi humanistik-eksistensial
Terapis dalam terapi humanistik eksistensial mempunyai tugas utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu selalui mendahului suatu pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
·         Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi ke pribadi
·         Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
·         Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
·         Berorientasi pada pertumbuham
·         Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
·         Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klie
·         Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangannya
·         Mengurangi kebergantungan dari klien terhadapnya

Proses klien mencapai kesembuhan dalam terapi humanistik-eksistensial
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, karena dia harus memutuskan ketakutan-ketakutannya, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasannya. Dalam terapi ini klien terlibat dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri, dengan membuka pintu yang tertutup, klien mulai melonggarkan belenggu deterministik yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologis. Lambat laun klien menjadi sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang, serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi ini klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi real.

Teknik-teknik dan prosedur-prosedur terapeutik dalam terapi humanistik-eksistensial
Karena pendekatan humanistik-eksistensial ini tidak memiliki metodelogi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutiknya yang khas, maka daripada itu para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang diintegrasikan dalam pendekatan eksistensial. Seperti yang dikemukakan Bugental dalam model terapi psikoanalisa, konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan transfrensi bisa diterapkan pada filsafat dan praktek terapi eksistensial, ia menggunakan kerangka psikoanalitik untuk menerangkan fase kerja terapi yang berlandaskan konsep-konsep eksistensial seperti kesadaran, emansipasi dan kebebasan, kecemasan eksistensial, dan neurosis eksistensial.
 Metode dan prosedur yang digunakan dalam terapi eksistensial ini juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu ke pasien yang lain, tetapi juga dari fase satu kefase yang lain pada pasien yang sama.
Teknik Terapi
      Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.

Kelebihan Terapi Humanistik Eksistensial
·         Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
·         Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri;
·         Memanusiakan manusia.

Kelemahan Terapi Humanistik Eksistensial

·         Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal;
·         Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas;
·         Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
·         Memakan waktu lama.

Referensi :
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.             Bandung: PT. Refika Aditama. Corey, G. (1995). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Semarang : PT IKIP Semarang Press
Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius

Nama : Tetty Winda Siregar
NPM : 18510932
Mata Kuliah : Psikoterapi

Psikoterapi : Terapi Psikoanalisis


(Psikoterapi ): Terapi Psikoanalisis
Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Tokoh utama dan pendiri psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia dan meninggal pada tanggal 23 september 1939 di London. Sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling dan terapi.
Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketetgangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil.
Konsep-Konsep Utama Terapi Psikoanalisis
1.    Struktur Kepribadian
-    Id
-    Ego
-    Super Ego
2.    Pandangan tentang Sifat Manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik
3.    Kesadaran dan Ketidaksadaran
Konsep Ketidaksadaran:
-    Mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat  konflik
-    Salah ucap atau lupa → terhadap nama yang dikenal
-    Sugesti Pascahipnotik
-    Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
-    Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
4.    Kecemasan
Suatu keadaan yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya
3 macam kecemasan:
-    Kecemasan realistis
-    Kecemasan neurotic
-    Kecemasan moral
Tujuan Konseling
Untuk mengurangi simptom psikopatologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang tertekan atau depresi ke dalam alam kesadarannya. Dengan kata lain membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang terpendam dalam alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam kesadarannya. Agar berhasil, penting untuk melibatkan emosi sebagai bagian dari proses terapi serta menjadikan pemahamnnya sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dirinya dengan mengkoreksi terhadap pengalaman-pengalamn emosionalnya.
Sumber konflik adalah materi-materi yang yang tertakan pada alam ketidaksadaran, terutama yang terjadi pada awal kehidupannya. Untuk itu ,terapis harus dapat membantu dan memotivasi klien agar mampu mengahayati dan mengekspresikan pengalaman-pengalaman masa lampaunya secara terrbuka, untuk selanjutnya dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan utama untuk merekonstruksikan kepribadiannya.
Fungsi dan Terapis
Fungsi utama terapis adalah memberikan kemudahan kepada klien untuk memantulkan perasaan-perasaannya yang tertekan serta menafsirkan dan menganalisanya. Terutama terhadap bentuk-bentuk resistensi yang dihadapinya, yaitu suatu keadaan dimana anak berusaha untuk melindungi, menolak, mengingkari, atau mempertahankan diri dari suatu perasaan, trauma, atau interpretasi yang tidak mengenakkan dari terapis.

Metode Terapi Psikoanalisa
Bentuk-bentuk metode terapi dari psikoanalisa Sigmund freud adalah sebagai berikut:
1.      Asosiasi bebas
Klien melaporkan apa saja yang muncul dalam pikirannya dengan tidak memperhatikan apakah yang dilaporkan itu menyakitkan, memalukan, atau tidak relevan
2.      Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam anaisis   asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan teraupetik itu sendiri. Fungsi interperasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hala-hal yang tersembunyi
3.      Analisis mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi). Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau  muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
4.      Transference (Pemindahan)
Terjadi apabila klien memindahkan kepada terapis emosi-emosi yang terpendam atau yang ditekan sejak kecil (pada masa lalu), transferensi ini ini mungkin akan menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta pada terapis, namun bisa juga sebaliknya klien jadi membenci terapisnya.
5.     Interpretation ( Penafsiran)
Transferesnsi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien atau merupakan penjelasan dari makna simbol-simbol, asosiasi, mimpi, resistensi, dan transferensi dari klien. atau dapat juga dikatakan sebagai penafsiran oleh terapis dari pernyataan klien berupa permasalahan yang dialaminya dengan cara yang baru.

Referensi:
Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT.  BPK Gunung Mulia.
Sunardi, Permanarian dan M. Assjari. (2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 2. Yogyakarta : Kanisius

Nama: Tetty Winda Siregar
NPM : 18510932
Mata  Kuliah : Psikoterapi