Entri Populer

Senin, 29 April 2013

Rational Emotive Therapy


(Psikoterapi) Rational Emotive Therapy

Terapi rasional emotif (TRE) dikembangkan oleh Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuaan Albert Ellis terhadap teori Psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang teori behavioral Rational emotive therapy merupakan suatu rancangan terapeutik dalam konseling atau psikoterapi. Ellis berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Rational emotive therapy adalah terapi yang berusaha memehami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya,
Rational emotive therapy menekankan akan interaksi berfikir, akal sehat, perasaan, dan berperilaku. Bahwa terapi ini menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
Konsep utama
RET dibangun berdasarkan atas filosofi bahwa “ apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa – peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa- peristiwa tersebut “. RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa- peristiwa masa lalu, tetapi  lebih kepada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagimana  reaksi terhadap peristiwa tersebut.
RET juga percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide- idenya, sikap, perasaan, dan tindakan- tindakannya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara itu. Sedangkan gangguan emosiona; terletak pada keyakinan irasional. Dengan kata lain keyakinan irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional.
Dalam pandangan RET setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan – perasaannya, selama ia mampu memaksakan diri untuk berpikir dan bertindak lain melalui cara – cara yang lebih baik, rasional dan konstraktif.

Tujuan RET
Tujuan RET adalah sebagai berikut:
 a. Memperbaiki dan merubah sikpa, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapt mengenbangkan diri, meningkatkan self-actualization seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan efektif yang positif
 b.  Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sindiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa cemas, merasa was-was dan rasa marah.

Teknik-Teknik atau Prosedur-Prosedur Terapi Rasional Emotif
Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif direktif. Segera setelah terapi dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif untuk mereduksi klien. Terapis menunjukanpenyebab ketidaklogisan gangguan-gangguan yang dialami klien dan verbalisasi-verbalisasi diri yang telah mengekalkan gangguan-gangguan dalam hidup klien.
TRE adalah suatu proses didaktik dan karenanya menekankan metode-metode kognitif. Ellis menunjukan bahwa penggunaan metode-metode terapi tingkah laku seperti pelaksanaan pekerjaan rumah, desentisasi, pengondisian operan, hipnoterapi, dan latihan asertif cenderung digunakan secara aktif-direktif di mana terapis lebih banyak berperan sebagai guru dibandingkan sebagai pasangan yang berelasi secara intens.
Terapis secara khas aktif dalam pertemuan terapi TRE dan lebih suka berbicara daripada mendengarkan klien secara pasif. Bahkan selama pertemuan-pertemuan pertama terapi, terapis bisa mnhonfrontasikan kliennya dengan pembuktian atas pemikiran dan tingkah lakunya yang irasional. Terapis menggunakan penafsiran secara bebas dan tidak terlalu memperhatika resistensi-resistensi klien. Dia menyerang filsafat-filsafat yang menyalahkan diri, menerangkan, membujuk, dan mengajari klien.
Ellis menjelaskan bahwa banyak sekali variasi metode-metode rasional emotif lainnya, seperti eksplorasi, ventilasi, eksvakasi, penafsiran, terapis rasional, konfrontasi, pembantahan, deindoktrinasi, dan reduksi. Dimana variasi dari metode-metode ini sangat efektif digunakan dengan maksud membantu klien untuk mencapai suatu perubahan kognitif yang mendasar.

Referensi:
Kuntjojo, Profesionalisasi bimbingan dan konseling
Sunardi, P. & Assjari,M. (2008). Teori Konseling. Bandung : PLB FIB UPI.
Mappiare, Andi. (2010). Pengantar psikologi konseling dan terpi. Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Persada
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Nama           : Tetty Winda Siregar
NPM            : 18510932
Mata Kuliah : Psikoterapi

Senin, 22 April 2013

Psikoterapi (Analisis Transaksional)


Psikoterapi (Analisis Transaksional)
Pengantar
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mendasar.
Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.

Konsep Utama
Pandangan tentang sifat manusia
AT adalah berakar pada suatu filsafat yang anti deterministik serta menekan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemrograman awal. Disamping itu, AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak menyeretkan orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti bahwa orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting sepenuhnya oleh dirinya sendiri. Bagaimanapun, orang-orang dipengaruhi oleh harapan –harapan dan tuntutan dari orang-orang lain yang berarti, dan putusan-putusan dirinya pun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung oleh orang lain. Akan tetapi, putusan itu bisa ditijau dan ditantang serta jika putusan-putusan dini tersebut tidak baik lagi, bisa dibuat keputusan baru.

Perwakilan Ego
Analisis transaksional (AT)  adalah sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang mengunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu orang tua, orang dewasa dan anak.
Ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan tindakan orang tua kita terhadap kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “ harus” dan “ semestinya” .
Ego orang dewasa adalah pengolah data dan informasi yang merupakan bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan kepecahan yang paling baik bagi masalah tertentu.
Ego anak adalah berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan spontan. “anak” yang ada dalam diri kita bisa berupa “anak alamiah”, “profesor cilik”, atau berupa “ anak yang disesuaikan”. Anak alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif. Preofesor cilik adalah kearifan yang asli dari seseorang anak. Dia memanipulatif dan kreatif. Dia adalah bagian dari ego anak yang intuitif, bagian yang bermain diatas firasat-firasat. Anak-anak yang disesuaikan menunjukkan suatu modifikasi dari anak alamiah. Modifikasi-modifikasi dihasilkan oleh pengalaman-pengalam traumatik, tuntutan latihan dan ketepatan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian.

Tujuan-Tujuan Terapi Transaksional
Tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik.

Fungsi dan peran Terapis
Analisis Transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman emisonal maupun pemahaman intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek-aspek rasional, peran terapis sebagian besar adalah memberikan perhatian pada masalah-masalah emosional. Harris (dalam Corey, 1995) melihat peran terapis sebagai seorang guru, pelatih, dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Terapis membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakan dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih otonom.

Kelebihan dan Kelemahan Analisis Transaksional
Kelebihan terapi Analisis Transaksional, yaitu:
a.       Punya pandangan optimis dan realistis tentang manusia.
b.      Penekanan waktu di sini dan sekarang (here and now).
c.       Mudah diobservasi.
d.      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Kelemahan terapi Analisis Transaksional, yaitu:
a.       Kurang efisien terhadap kontrak treatment karena banyak klien yang beranggapan jelek terhadap dirinya dan tidak realistis sehingga sulit tercapai kontrak karena klien tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang ia inginkan.
b.      Subyektif dalam menafsirkan status ego.

Referensi:
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Mappiare, Andi. (2010). Pengantar Konseling dan psikoterapi, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada.
 Roberts, Albert R, Gilbert J. Greene. 2008. Buku pintar pekerja sosial: social workers’ desk reference. Jakarta : Gunung mulia

Nama             : Tetty Winda Siregar
NPM             : 18510932
Kelas            : 3PA05
Mata Kuliah : Psikoterapi



Senin, 15 April 2013

(Psikoterapi): Logoterapi


(Psikoterapi):  Logoterapi


Sejarah Logoterapi
Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan.
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, “logos”, yang berarti pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi.
 Logoterapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah upaya eksistensial untuk menjalani kehidupan secara sehat melalui makna-makna kehidupan dari pribadi atau diri manusia. Keinginan mencari makna hidup merupakan dasar utama dari aliaran psikologi logoterapi ini.

Pengertian Logoterapi
Logoterapi merupakan suatu terapi yang bersifat direktif dan terus menerus yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat secara spesifik pada situasi yang amat penting, dapat juga dilakukan oleh mereka sendiri secara mendalam atau secara tidak langsung dimana sasarannya yakni para pecandu obat bius, para pemabuk atau penderita depresi. Logoterapi juga menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.

Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a. kebebasan bersikap dan berkehendak (the freedom to will)
b. kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning)
c. tentang makna hidup (the meaning of life)

Tujuan Logoterapi
Tujuan dari logoterapi adalah agarsetiap pribadi:
a. memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
c. memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

Komponen-Komponen Konseling Logoterapi
Komponen-komponen pribadi dalam konseling logoterapi adalah kemampuan, potensi, dan kualitas insane dari diri konseli yang dijajagi, diungkap, dan difungsikan pada proses konseling dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap makna dan tujuan hidupnya.
Dalam logoterapi usaha meningkatkan kesadaran atas kualitas dan kemampuan pribadi- seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan diri, tanggungjawab, komitmen, keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan makna hidup-merupakan hal-hal penting yang menentukan keberhasilan konseling. Selain itu konseli disadarkan pula atas rasa tanggungjawab untuk mengubah sikap dan perilakunya menjadi lebih baik dan lebih sehat serta bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah.
Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3. Pada tahap pembahasan bersama,
Paada tahap ini konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan
Mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.


Sumber:          
 Bastaman, Djumhana, Hanna, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995).
Bastaman, H.D. (2007). Logotheraphy, Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa
Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York


Nama           : Tetty Winda siregar
NPM           : 18510932
Kelas           : 3PA05
Mata Kuliah: Psikoterapi